HIV & AIDS

 HIV & AIDS 



Pengertian HIV dan AIDS 

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. 

Penyebab HIV dan AIDS 

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. 

Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

Faktor Resiko HIV dan AIDS 

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.
  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
  • Pengguna narkotika suntik.
  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. 
Gejala HIV DAN AIDS 

Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.

Tahap pertama : 

  • Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
  • Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
Tahap Kedua : 

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga : 

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
  • Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
  • Merasa lelah setiap saat.
  • Sulit bernapas.
  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. 
Diagnosis HIV dan AIDS 

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. 

Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi
  • Tes antigen
  • Hitung sel CD4 
  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA)
  • Tes resitensi (kekebalan) 
Pengobatan HIV dan AIDS 

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). 

ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. 

Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. 

Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Komplikasi HIV dan AIDS 

Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah:

  • Pneumocystis Pneumonia (PCP)
  • Kandidiasis (sariawan)
  • Tuberkulosis (TB)
  • Sitomegalovirus
  • Meningitis kriptokokus
  • Toksoplasmosis
  • Limfoma
  • Sarkoma kaposi
  • Kanker terkait HPV 
  • Sindrom wasting 
  • Komplikasi neurologis 
  • Penyakit ginjal
  • Penyakit hati 
Pencegahan HIV dan AIDS 

Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.
  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
  • Jika menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMUNISASI

AEDES AEGYPTI

KONSEP SEHAT SAKIT